Senin, 19 Juni 2017

Akal (Oleh : Abad Badruzaman)

Di salah-satu cuitannya, Ustad Felix Siauw menulis, "Bukankah Al-Quran itu petunjuk dan pembeda bagi kita, maka bila sudah Muslim, ya panduannya Al-Quran dan Hadits, bukan akalnya."
Cukup banyak orang menanggapi cuitan ini. Mereka yang nggak suka sama Ustad Felix menilai kata-kata itu menihilkan akal. Saya nggak benci sama Ustad, tapi juga nggak menganggapnya referensi yang tepat tentang Islam.

Bukan...bukan karena beliau muallaf saya menilainya bukan rujukan yang pas tentang Islam. Tapi karena beberapa "fatwa"-nya saya liat justru gak mencerminkan Islam yang saya percayai, yakni Islam ramah, damai-mendamaikan, humanis dan rasional. Sebagai Muslim jujur saya senang jika ada yang masuk Islam. Tapi saya jadi sedih jika ada muallaf yang suka menjelek-jelekkan agama lamanya, mempreteli aib Kitab Suci agama lamanya, atau menelanjangi akidah-teologis agama lamanya. Hal yang sama terjadi juga ketika ada orang yang keluar dari Islam, lalu melakukan hal yang sama terhadap agama lamanya. Pada kasus ini sedih saya dua kali; sekali ketika melihatnya keluar dari Islam, sekali lainnya saat ia menjelek-jelekkan Islam. Saya sedih melihat orang pergi dari Islam. Bukan kepergiannya itu sendiri yang disedihkan. Melainkan kenyataan bahwa Islam baginya tidak memenuhi apa yang dicarinya dari sebuah agama.

Kembali ke cuitan Ustad Felix. Bagi saya cuitan itu ada benarnya, ada juga salahnya. Tergantung tafsirnya. Jika yang dimaksud bahwa bagi seorang Muslim, Quran dan Hadits merupakan pedoman dan panduan hidup, maka demikian adanya. Dari dulu gak ada yang ragu Quran-Hadits merupakan undang-undang dasar perikehidupan seorang Muslim. Tapi Quran dan Hadits adalah "barang mentah", perlu diolah dan dibedah agar down to earth. Peranti paling otoritatif mengolah dan membedah keduanya adalah akal. Tafsir, ijtihad, qiyas, istihsan, istishab, maslahah, maqashid; semua merupakan turunan dari kerja akal. Ketika membedah Quran, akal akan ditemani Ulum al-Quran, dan ketika mengupas hadits akal akan bertemankan Ulum al-Hadits.

Jika cuitan Ustad Felix di atas bertujuan meniadakan peran akal dalam keberislaman seorang Muslim, maka cuitan itu bukan sekedar ngawur tapi juga membahayakan!

"Bah...Tapi saya suka sama Ustad Felix."
"Ya nggak apa-apa. Abah juga suka kok sama gaya rambut beliau..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)

Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...