Subuh dgn kedinginan embun pagi pd bln ramadhan, Ibu sll mengantarkanku sampai dpn pintu, aku menuju masjid utk shalat subuh berjamaah, ustd Paidin dgn suara yg pelan tp merasuk kalbu membacakan ayat2 dlm shalat dua rakaat, singkat, hikmat, nikmat, plg shalat subuh tdk merasakan apa2, hanya tau baru plg shalat, maklum usiaku saat itu berkisar 7thn, hidup sederhana dgn kerukunan kampung.
Kampung dgn beragam penghuni dan keyakinan, saat itu. Islam abangan mendominasi, ada Pak Djafar yg Ahmadiyah, ada Pak Suleiman dan Pak Sonto yg Walikaton agama Kejawen, Pak Maritim yg Kristen semua bercengkerama diwarung kopi, kdg ada debat tp selesai sampai disana. itu terjadi 53 thn yll, dikampung yg skrg mngkn juga sdh dihuni orang yg memegang kavling surga, yg sll curiga dgn tetangga, ah entahlah..
Dalam usia senja aku masih merasakan kenikmatan berislam, walau baru lbh dekat dlm 15 thn terakhir, tp aku terbawa dgn islam damai yg aku pahami sejak kecil, hidup tanpa mengusik keyakinan orang lain, krn memang tdk ada hak kita menyentuh wilayah itu, dia cuma bs disentuh oleh zhat yg transenden, tiada lain, krn dia aksioma.
Menginjak zaman yg harusnya makin cerdas kok malah aku jumpai orang2 buas yg mengaku penghuni rumah ramah yg bernama islam itu, aku menjumpai banyak penghuni yg bertensi tinggi, pdhl makanannya over gizi, semua prilakunya serba tinggi, tinggi hati, tinggi diri, tinggi jabatan, tinggi keturunan, dan tinggi suara.
Keramahan sdh lama sirna, curiga yg dipiara, surga sdh semua dia punya, shg tetangga semua dilempar ke neraka, pdhl melihat peta surga sj dia blm pernah, cuma membayangkan bidadari yg katanya bisa diperistri sampai 70, wong ngabisin satu saja sdh ga bisa, hayalan itu cuma ada pd otak yg rusak, yg cm penuh ulat syahwat.
Rumah indah itu skrg dihuni oleh penghuni yg tdk berbudi, hanya sebagian kecil penghuni lama duduk disudut ruang hampa dgn perasaan, orang2 ini sdh lama pergi katanya mencari jati diri dan ilmu yg mumpuni, skrg pulang malah jadi sengkuni, mereka mudah berkata tapi sulit dipercaya karena kesombongan dan takabur yg dipiara. Berbaju bak malaikat mulutnya menyuarakan ayat tp kelakuan seperti ulat.
Sekarang rumah itu mengeluarkan bau tak sedap, gaduh didalam, halamannya saja sdh tak ramah, pagarnya terkunci, tetangga dianggap pencuri dan selalu dicurigai, mereka jadi ngeri apakah masih bisa bertetangga dgn penghuni yg tdk mau mengerti bhw dulu mereka pernah satu hati dlm melihat hamparan kebaikan yg dimiliki bersama bkn dimonopoli tetangganya.
Tuhan andai hati ini masih dilambari kecurigaan dan rasa iri, aku mohon Engkau memberi aku sebuah rasa utk mengerti bhw aku hidup tdk bisa sendiri, bahkan tersenyumpun aku bth orang lain utk menerima.
Aku terbayang suasana subuh dikampung dgn aroma pagi yg damai dan suasana hati tanpa iri. Rumah Indah bernama islam sejati, bkn islam yg sll iri hati, LANA AKMALUNA WALAKUM AKMALUKUM.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)
Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...
-
Bpk Yusuf Kala yg terhormat. Semoga Bpk dan kel dlm lingkup keberkahan serta sehat lahir batin. Pak JK yg diberkahi Allah..Bpk adalah ...
-
Ir. Joko Widodo Silsilah Keluarga dan Kisah Hidup Presiden ke 7 RI (Membaca Hal Yang Benar, Berpikir Positif) (I) Langgam Hidup Ay...
-
Membaca buku Bahkan Malaikatpun Bertanya, tulisan Prof. Jeffrey Lang. saya menyimpulkan dgn dangkal bahwa setiap makhluk yg menerima kasih s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar