Prinsip sederhana beragama, bernegara atau bermasyarakat itu spt bernafas, cari makan dan ke toilet.
Beragama atau tidak?
Itu spt bernafas, lakukan dengan baik. Jgn ribut cara nafas org lain, mengkafirkan ataupun sok bener krn nafasmu bs dicabut sewaktu2, belum tentu juga cara bernafasmu sudah baik.
Anda perlu makan?
Baguslah itu spt kita mencari makanan, tanpa makan tanpa negara ? Matilah kita sebagai manusia tanpa asupan makanan, sama juga tanpa bernegara kita tdk punya kekuatan, tanpa bernegara hancurlah hak2 kita sbg warga krn dijajah dan ditindas bangsa lain. Bayar pajak dll sm spt kita cr makan ya hrs bayar donk
Bermasyarakat spt ke toilet?
Toilet mau tdk mau hrs ada kalau tdk ada ribut kita sendiri. Emang toilet hrs kotor, jorok? Ga lha, kita sendiri yg bisa membuat bermasyarakat itu indah, bersih dan nyaman. Negeri ini bhinneka tunggal ika jg disamakan dg bangsa dan negara lain, kita perlu sama2 menjaganya bersih, nyaman dan indah utk kepentingan bersama.
Itu perumpamaan sederhana, maaf kalau kurang pas tp cuma sekedar membuka pikiran.
Jadi jangan campur adukkan antara beragama atau tidak dengan bernegara dan bermasyarakat. Itu adalah tiga hal berbeda yg wajib kita lakukan sebagai umat, sebagai warga negara dan sebagai anggota masyarakat yg baik.Bernafas saja tanpa makan dan buang air kita mati pelan2, makan doank tanpa nafas dan toilet kita juga tdk bisa. Kehilangan salah satu elemen itu membuat susah kita sendiri ok?
Hidup harus imbang
Iman tanpa perbuatan sia - sia, beribadah saja tanpa amalan apa gunanya kita beragama? Selama kepentingan kita beribadah dijamin oleh UU apa yang kita khawatirkan? Agama terdiri atas 2 ajaran yaitu bagaimana hubungan kita kepada Tuhan YME dan bagaimana hubungan kita thd sesama manusia. Tuntunan kpd YME kita lakukan lewat ibadah, hubungan kepada negara dan masyarakat itulah disebut amalan. Sesuatu yg wajib kita lakukan diatur oleh UU dan budaya masyarakat sekitar shg semua terakomodir hak dan kewajibannya. Anda berkeyakinan baik itu tapi hargai juga keyakinan org lain. Ingat negeri ini terdiri 17.000 pulau, ribuan suku,agama dan bahasa, sikap mementingkan diri sendiri akan membuat perpecahan dan disintegrasi negeri ini.
Orang yg berpotensi rusuh dan merusak?
Ya hrs ditertibkan dan dibenahi sesuai hukum yg berlaku agar iramanya harmoni, negeri ini tetap damai. Makan juga gitu, sama rata sama rasa, krn kita sama2 mencari makan dinegeri ini. Toilet? Ya hrs dijaga bersama utk kenyamanan kita bersama, yg jorok dll ya kita ingatkan spy tertib, bermasyarakat juga ada aturan mainnya tdk seenak sendiri. Banyak contoh negara gagal krn perang saudara spt Irak, Suriah dll yg tentunya tdk perlu kita ulangi bukan?
Tidak perlu meributkan ataupun mencampuradukkan beragama, bernegara dan bermasyarakat. Agama sebagai ajaran yg baik menjadi essensi utama bernegara dan bermasyarakat yg baik shg amalan kita baik juga sesuai tuntunan agama. Kita tdk perlu meributkan persamaan, banyak negara sama juga perang saudara yg akhirnya membawa neraka dibumi, yg perlu kita kedepankan adalah bagaimana hidup dalam perbedaan yg harmonis dan damai. Mari wariskan negeri maju dan makmur yg damai dalam perbedaan sebagai teladan yg baik untuk anak cucu kita.
Saya tutup dengan ajaran seorang kyai, pemimpin besar, guru bangsa Indonesia yg tdk jemu-jemunya mengajarkan tentang bhinneka tunggal ika, pluralisme dan nasionalisme.
Indonesia dibangun dari perbedaan.
Gus Dur
Gitu Aja Kok Repot!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)
Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...
-
Bpk Yusuf Kala yg terhormat. Semoga Bpk dan kel dlm lingkup keberkahan serta sehat lahir batin. Pak JK yg diberkahi Allah..Bpk adalah ...
-
Ir. Joko Widodo Silsilah Keluarga dan Kisah Hidup Presiden ke 7 RI (Membaca Hal Yang Benar, Berpikir Positif) (I) Langgam Hidup Ay...
-
Membaca buku Bahkan Malaikatpun Bertanya, tulisan Prof. Jeffrey Lang. saya menyimpulkan dgn dangkal bahwa setiap makhluk yg menerima kasih s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar