Kamis, 20 April 2017

Apa yg terbaik buat Ahok?

Banyak TS teman sy baca hari ini setelah hasil quick count pilkada DKI keluar.


Ada yg sedih, kenapa harus kalah disaat Indonesia mulai membangun dan memberantas korupsi.

Ada kesal knp negeri ini harus tunduk dan kembali ke jaman dzolim. Dimana hal yg benar diinjak2 dengan alasan agama dan suku.

Ada juga menghibur diri dgn menghayal alternarif2 spt menjadi gubernur daerah lain, mendagri sampai bupati.

Ada juga yg bersorak sorai laksana menang perang, akhirnya Tuhan memberikan kemenangan setelah kalah terus dlm pilpres dll.

Saya pikir hidup tdk ada yg bisa menebak. Mungkin baru kali ini didunia calon incumbent yg relatif berhasil membangun, anti korupsi kalah. Kita harus sadar negeri ini negeri peralihan. Kita maju belum terbelakang juga bukan. Sekuler bukan agama juga bukan. Sebagian logis sebagian lagi berpikir feodal. Suriah bukan Singapura juga bukan.

Sebenarnya kalau kita sadar dan fahami kekalahan telak Ahok di kampung2 kumuh yg kuatir akan penggusuran dll. Kampanye hidup layak dg KJP dll masih kalah kuat dibandingkan kampanye pelanggaran HAM dan janji rumah DP 0%. Itu realitanya. Ahok bukan tipe politikus yg sanggup merangkai janji, semua kampanyenya adalah hal2 yg sudah dia lakukan.

Kita harus belajar psikologi manusia org yg sdh punya mobil tdk akan bergeming bila anda janjikan mobil tapi akan bersemangat bila anda janjikan pesawat. Kesempatan itu yg diambil oleh Anies-Uno, org yg sdh menikmati rusun, KJP dll lebih tertarik rumah DP 0%., mereka tdk akan bersyukur apa yg mereka punya. Bukankah itu spt kita semua?

Manusia tdk akan pusing thd janji yg tdk realistis, background calon dll. Anda harus sadar bahwa org memberikan uang utk digandakan ala Kanjeng Taat sekelas Marwah Daud saja percaya apalagi nothing to lose/tanpa setor uang? Beberapa faktor spt kasus penistaan agama hanya pengalih perhatian saja. Zakir Naik, RS,FZ, FH, Jonru dll setiap hari memfitnah, menghujat negara dan agama tdk ada apa2 kan?


Sebenarnya kalau kita telusuri, aroma kekalahan ini sudah terasa pada pilkada putaran 1, saat Ahok - Djarot gagal meraup suara (50+1)%.

Kenapa?

1. Kita harus sadar pemilih Indonesia mayoritas adalah pemilih labil. Cepat berubah ideologinya, anda lihat sebelum kasus penistaan dan sesudahnya. 70% didukung langsung rontok menjadi 33% tertatih2 akhirnya menjadi 42% sewaktu putaran pertama. Hari ini dipuja besok dicerca, hari ini pahlawan besok pesakitan itulah tipikal sebagian besar masyarakat kita. Gebuk dulu salah benar urusan belakangan. Pokoknya diteriaki maling ya harus dihajar masalah bukan ya sudah, betul kan? Tdk perduli itu editan Buni Yani, kelakuan RS dll selama ini org tdk perduli.

2. Pilihan simalakama, sewaktu demo agama pertama Kapolri menetapkan Ahok tersangka menabrak radiogram keputusan kapolri sebelumnya bahwa calon kepala daerah tdk bisa ditetapkan tersangka pd proses pilkada itu knp Anies dan Uno bisa melenggang padahal spt kita tahu Anies sedang dlm penyelidikan KPK kasus pameran dan penerimaan uang, sedang Sandi dlm proses pelaporan penggelapan tanah. Proses tersangka Ahok menyandera statusnya shg elektabilitasnya jatuh. Langkah meredam massa itu secara tdk lgsg menghancurkan kredibilitas Ahok.

3. Kemenangan yg menghancurkan.
Apa maksudnya? Coba anda cek profil relawan, timses Ahok? Rata2 adalah pendukung Jokowi. Orang2 anti korupsi yg mulai 2014 dicekoki kemenangan. Mulai jaman pilpres 2014 sampai sekarang adalah berita kemajuan, pembangunan dll kita selalu didepan lupa bahwa lawan mengutit sementara kita berpuas diri mereka belajar, bahkan lupa bahwa Denny JA yg berhasil mengalahkan tim dr Amerika Prabowo di 2014 sdh beralih ke Anies-Sandi. Sementara kita lupa mereka berbenah dg sungguh-sungguh.

Tapi ada hikmah besar utk yg terjadi kali ini.

1. Kita mendorong Ahok terlalu keras, sementara dia terhantam setiap hari. Ingat ada statement dr anaknya Sean sampai ingin pindah ke luar negri. Coba anda bayangkan statement seorang Sean, anak yg sedang mengalami tekanan berat, keluarga yg sedang mengalami cobaan. Ayah/suami sedang menghadapi hukuman penjara ketika sang ayah/suami tsb menenangkan keluarga itu bahwa ia sedang dlm berjuang utk kebenaran di negeri yg akan memenjarakannya. Saya yakin keluarga Martin Luther King Jr. tdk akan rela dia mati dlm berjuang, begitu pula John F Kennedy sy yakin mereka lebih memilih utuh sebagai keluarga drpd mati tertembak.

2. Presiden, pemimpin kita tersandera oleh keharusan netral menjadi tidak netral. Hak konstitusi minoritas di negara ini sedang terinjak-injak, sy yakin dgn peristiwa Ahok ini akan membuat yg lain berpikir ratusan kali utk terlibat dlm politik. Mengutip ayat dihakimi dg penjara sedang diluaran agama minoritas diinjak2, gereja diobrak abrik di Bogor dll. Harus ditegaskan apakah pancasila di negara ini cuma lipstik, UUD 1945 hanya kiasan semu? Apakah benar hak kami setara dengan WN yg lain? Apakah krn mereka keturunan apapun berhak menjadi tuan atas bangsa ini?

3. Terlepas apapun yg sudah terjadi ada beberapa hal yg saya hargai. Partisipasi PBNU, Ansor dlm menjaga ke Bhinneka Tunggal Ika-an sy scr pribadi hargai. Seorang Kyai Said Aqil, Kyai Ishom, Gus Nusron, Gus Yaqut dan bbrp teman NU saya berjibaku, berani dihujat, difitnah dll utk membela hak2 minoritas.

Apa yang terbaik buat Ahok?

Lelaki yg keras bak karang tetaplah seorang yang rapuh. Cukupi hingar bingar pilkada ini, saya yakin setegar-tegarnya seorang Ahok hari ini dia mengalami kehancuran. Tembok teguh yg dia bentuk selama ini hancur berantakan hari ini. Sy yakin egonya terlumat malam ini.

Ingat Soekarno? Ketika dihajar Belanda, disiksa, dibuang dia tdk mundur tapi ketika kebanggaannya diambil Soeharto dia menjadi pesakitan di tempat tidurnya.

Kalau saya bisa bertemu Ahok saya akan minta dia mundur.

Pak Ahok cukup, anda sudah menjadi Rudy Hartono, anda sudah menjadi Soe Hok Gie bagi saya. Anda sudah menunjukkan hal yg benar dan baik bagi kita semua. Tidak perlu anda maju lagi dan menjadi martir, bila anda maju dan terluka lebih dalam lagi. Anda bukan berjuang tapi menghancurkan semangat minoritas utk berbangsa dan bernegara di negeri ini.

Pak Ahok, seorang Jendral besar bernama Sun Tzu pernah berkata, seorang jendral menang bukan karena kuat tapi tahu kapan berperang dan tidak. Anda harus tahu kapan untuk mundur.

Pak Ahok sy mengagumi anda dengan menjaga anda. Sudah waktunya anda berkumpul dg keluarga anda. Sy yakin jalan berjuang di negeri ini bukan hanya dg memberantas korupsi, membangun dan menata kota. Apa yg anda lakukan selama ini sudah luar biasa dan akan dikenang.

Pak Ahok

Terima kasih sudah memberikan contoh yg baik utk bangsa ini, tdk selamanya hal yg baik mendapat pujian tapi waktu yg akan mengujinya.

Semoga anda tdk patah dan tetap kuat menghadapi semua ini.
Doa saya anda tetap tegar dan bahagia bersama keluarga anda.

Terima kasih ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)

Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...