Minggu, 16 April 2017

Pagi Yang Indah Di Negeri Para Munafik

Negeri yang indah kekayaan alam melimpah, tambang emas, perak, batu bara, gas, minyak bumi, laut yang penuh ikan, udang, tanah yang subur jangankan ditanam kayu dilempar tumbuh jadi tanaman.

Tapi sebuah ironi, karena korupsi rakyatnya miskin, hidup dipinggir2 kali, setiap tahun banjir, anak - anak dibesarkan dalam kampung kumuh bercampur dengan pemadat, preman dan predator anak, setiap tahun berita anak dibunuh  diperkosa dibuang dalam kardus

Politikusnya sibuk membuai rakyatnya dengan janji kemakmuran dan kesejahteraan, agama dipakai sebagai pelicin yang murah meriah. Sekolah ambruk, anak2 kurang gizi dan berita korupsi menghiasi berita - berita media.

Para penguasa sibuk merangkai dinasti politik, ada cendana, ada cikeas semua untuk melanggengkan kekuasaan anak cucu sementara masa depan rakyatnya semakin kelam dalam genggaman nafsu syawatnya. Rakyatnya dibungkam dengan popor senjata, ulama2nya ditakut2i dengan tentara.

Rakyat pernah bersatu dan menentang, tahun 1998 ribuan nyawa rakyat dikorbankan dalam gerakan massa tapi apa daya kekuasaanya tumbang secara de jure tapi de facto kami masih dalam genggaman mereka, media dikuasai, lumbung2 kekayaan alam sudah mereka kuasai bahkan puluhan ribu triliun uang mereka tersimpan rapi di bank2 Swiss dan Panama Papers siap dikucurkan utk membiayai preman, ormas, demo dll utk menumbangkan siapa yang melawan.

Hampir habis harapan dan kesempatan kami bangkit, akhirnya muncul harapan seorang kurus dari desa bernama Joko membawa perubahan, mulai dari Solo, Jakarta sampai negara tak terbendung, kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat membuatnya didukung para relawan, aktivis anti korupsi yg rindu negeri ini bebas merdeka seutuhnya.

Kapan kami bangkit?
Kapan kami memiliki harga diri bangsa spt dahulu?
Kapan kami menjadi negeri macan asia kembali?

Muncullan juga seorang Basuki
Seorang keras dan tanpa kompromi
Anti korupsi, pengentasan kemiskinan dan pembangunan menjadi impiannya di negeri yg dikuasai para munafik ini sejak dulu.

Tapi sayang dia seorang minoritas dan minoritas
Dia miliki semua kriteria adu domba di negeri para munafik
Mulailah serangan - serangan disematkan kepada dia, monster, babi, gantung dll adalah teriakan para munafik, ormas2 dan preman bergentayangan dibiayai anak cucu penguasa lama. Semoga jatuh sampai ke RI 1 kata mereka.

Rencana makar, skenario busuk, demo berkode- kode dengan hujatan dan kekerasan menjadi jalan satu2nya. Media - media hoax dan fitnah bertebaran koalisi dengan kelompok sektarian dan penghamba Orba menjadi kekuatan dana yg berlimpah ruah.

Penistaan agama disematkan, harus dibui dan ditangkap
Tidak peduli Zakar Naik setiap hari mengadu domba malah menjadi bintang sinetron, tdk peduli seorang Jonru setiap kali memfitnah menjadi bintang medsos, tidak perduli para lagi para munafik, semua nafsu dan keinginannya harus terpenuhi.

Para pegawai negeri yg hidup dari uang negara sibuk menghujat kepala negara, para koruptor, mafia tanah tertawa - tawa membiayai para munafik meruntuhkan negeri ini.

Kapan kami bebas merdeka dan damai Tuhan?
Kapan kami akan menikmati kekayaan negeri kami sendiri?
Kapan kami makmur dan sejahtera spt negeri lain?

Apakah kami akan memutar cerita sedih negeri ini?
Dimana darah tertumpah, negeri kaya tapi rakyatnya miskin?
Dimana kemunafikan dipupuk sedemikian kuatnya?
Dimana rakyat dibodohkan, miskin tapi bangga karena seolah2 sudah berada di surga?

Suatu pagi yang indah di negeri para munafik
Suatu saat kita harus berkata tidak dan jangan utk mereka
Suatu kesempatan bagi kita semua untuk melawan pembodohan ini

Mungkin itu kenapa dulu para nabi sangat membenci kemunafikan, bukan kemiskinan ataupun para penzinah
Karena kemiskinan, penzinah tahu mereka berdosa dan mereka ingin diangkat. Tapi kemunafikan bagai kanker merusak jiwa, bangsa dan negara, membawa nama Tuhan dan agama dalam kerusakan dan kesesatan mereka.

Kami bosan ...
Kami ingin lepas dari kemunafikan
Kami ingin lawan para mafia politik, koruptor

" Indonesia butuh pemimpin jujur"

KH Abdurrahman Wahid
( 7 Sept 1940 - 30 September 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)

Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...