Sabtu, 18 Februari 2017

Agama dan Budaya Korupsi

Ada 2 pertanyaan dari 2 orang berbeda.
1. Kenapa di negeri ini yang mayoritas islam korup ?
2. Kenapa di negara - negara yang memakai landasan agama banyak praktek korupsi ?

Agama itu tuntunan moral dan etika, jalan bertobat beribadah kepada YME berarti praktek dan budaya korupsi tdk termasuk didalamnya. Saya yakin diagama manapun mencuri adalah haram, jadi kita sudahi debat negara agama kenapa selalu korup, itu hanya salah satu penyelewengan saja.

Sebenarnya korelasi antara agama dan korupsi itu tdk pas, negara-negara komunis dan liberal juga ada kasus korupsi, bedanya hanya dipenanganannya saja, kalau negara dengan dasar agama dasar hukumnya masih dipengaruhi ajaran agama dan kemanusiaan sedangkan negara komunis dan liberal putusan hukum lebih berat ke arah efek jera.

Kalau anda belajar sejarah, di era Dark Age Eropa abad 4 - 8, negara-negara theokrasi Kristen di Eropa juga korup itu kenapa sampai pecah menjadi dua, Filipina mayoritas katolik juga korup, Burma atau Myanmar mayoritas Buddha juga korup jadi jangan berkecil hati atau memberikan konklusi yg salah, agama tdk ada hubungannya dengan korupsi, malah agama sebenarnya anti korupsi, anti mencuri, hanya manusia - manusianya saja yg memakai topeng agama, suku dan ras saja sebagai pemikat dan juga sarana tameng jika mendapat hukuman atas kasus2 korupsi yang dilakukannya.

Itu kenapa agama harus dipisahkan dengan politik dan kekuasaan, itu yg disadari NU menelurkan khittah 1926 memisahkan organisasi dengan kegiatan politik. Karena harus kita sadari politik dan kekuasaan bila dicampur baurkan dengan agama hanya menimbulkan mudarat daripada manfaat.

Budaya korupsi itu tidak mengenal suku, agama dan ras, orang theis dan atheis juga bisa korup, suku dan bangsa apapun juga bisa korup, ras manapun juga ada kasus korupsinya, itu pilihan pribadi bukan ajaran agama. Jadi kita semua bisa belajar logis, jangan pernah mendukung atau membela seseorang berdasarkan suku, agama dan rasnya apalagi karena kasus korupsi, pelanggaran hukum dll itu berarti anda mendukung negara ini menjadi bersih, transparan dan tentunya menjadi maju dan makmur nantinya.

Sabtu, 11 Februari 2017

RUMAH INDAH ITU BERNAMA ISLAM (Oleh : Iyyas Subiakto)

Subuh dgn kedinginan embun pagi pd bln ramadhan, Ibu sll mengantarkanku sampai dpn pintu, aku menuju masjid utk shalat subuh berjamaah, ustd Paidin dgn suara yg pelan tp merasuk kalbu membacakan ayat2 dlm shalat dua rakaat, singkat, hikmat, nikmat, plg shalat subuh tdk merasakan apa2, hanya tau baru plg shalat, maklum usiaku saat itu berkisar 7thn, hidup sederhana dgn kerukunan kampung.

Kampung dgn beragam penghuni dan keyakinan, saat itu. Islam abangan mendominasi, ada Pak Djafar yg Ahmadiyah, ada Pak Suleiman dan Pak Sonto yg Walikaton agama Kejawen, Pak Maritim yg Kristen semua bercengkerama diwarung kopi, kdg ada debat tp selesai sampai disana. itu terjadi 53 thn yll, dikampung yg skrg mngkn juga sdh dihuni orang yg memegang kavling surga, yg sll curiga dgn tetangga, ah entahlah..

Dalam usia senja aku masih merasakan kenikmatan berislam, walau baru lbh dekat dlm 15 thn terakhir, tp aku terbawa dgn islam damai yg aku pahami sejak kecil, hidup tanpa mengusik keyakinan orang lain, krn memang tdk ada hak kita menyentuh wilayah itu, dia cuma bs disentuh oleh zhat yg transenden, tiada lain, krn dia aksioma.

Menginjak zaman yg harusnya makin cerdas kok malah aku jumpai orang2 buas yg mengaku penghuni rumah ramah yg bernama islam itu, aku menjumpai banyak penghuni yg bertensi tinggi, pdhl makanannya over gizi, semua prilakunya serba tinggi, tinggi hati, tinggi diri, tinggi jabatan, tinggi keturunan, dan tinggi suara.

Keramahan sdh lama sirna, curiga yg dipiara, surga sdh semua dia punya, shg tetangga semua dilempar ke neraka, pdhl melihat peta surga sj dia blm pernah, cuma membayangkan bidadari yg katanya bisa diperistri sampai 70, wong ngabisin satu saja sdh ga bisa, hayalan itu cuma ada pd otak yg rusak, yg cm penuh ulat syahwat.

Rumah indah itu skrg dihuni oleh penghuni yg tdk berbudi, hanya sebagian kecil penghuni lama duduk disudut ruang hampa dgn perasaan, orang2 ini sdh lama pergi katanya mencari jati diri dan ilmu yg mumpuni, skrg pulang malah jadi sengkuni, mereka mudah berkata tapi sulit dipercaya karena kesombongan dan takabur yg dipiara. Berbaju bak malaikat mulutnya menyuarakan ayat tp kelakuan seperti ulat.

Sekarang rumah itu mengeluarkan bau tak sedap, gaduh didalam, halamannya saja sdh tak ramah, pagarnya terkunci, tetangga dianggap pencuri dan selalu dicurigai, mereka jadi ngeri apakah masih bisa bertetangga dgn penghuni yg tdk mau mengerti bhw dulu mereka pernah satu hati dlm melihat hamparan kebaikan yg dimiliki bersama bkn dimonopoli tetangganya.
Tuhan andai hati ini masih dilambari kecurigaan dan rasa iri, aku mohon Engkau memberi aku sebuah rasa utk mengerti bhw aku hidup tdk bisa sendiri, bahkan tersenyumpun aku bth orang lain utk menerima.

Aku terbayang suasana subuh dikampung dgn aroma pagi yg damai dan suasana hati tanpa iri. Rumah Indah bernama islam sejati, bkn islam yg sll iri hati, LANA AKMALUNA WALAKUM AKMALUKUM.

KUDA LAMBAT (Oleh : Iyyas Subiakto)

Semasa baru masuk kerja di sebuah perusahaan, ada direktur baru namanya Bp. Darwies Ibrahim (almarhum).

Dalam briefing singkat beliau menyampaikan dan bertanya kpd kami; Kalau ada kereta kuda yg ditarik oleh 8 ekor kuda, kecepatannya ditentukan oleh kuda yg mana. Saat itu km menjawab kuda yg paling kuat dan kencang larinya.

Salah kata beliau, kecepatannya akan ditentukan oleh kuda yg paling lambat, krn kekuatan dan kecepatan akan terkuras mana kala ada kuda yg jalannya lambat dan harus terus ditarik, dan menjadi beban. Bila kecepatannya akan dipacu maka kuda lambat hrs dilepaskan biarkan dia tinggal dibelakang.

Indonesia mengalami hal itu saat ini, banyak kuda lambat yg terbiasa jalan ditempat krn terbentuk oleh kaki yg sll gringgingan dan malas. Maka Jokowi sbg Joki hrs segera melepaskannya tdk perlu menunggu lebaran kuda, krn lebaran itu tdk pernah ada, yg ada cuma kuda lambat yg gemuk badannya.

# selamat hari minggu semangat INDONESIA

Sabtu, 04 Februari 2017

Make A Better World, For You And For Me.

Islamphobia, Kristenphobia dan phobia lainnya

Sudah merupakan hakikat manusia lebih ingat waktu disakiti melebihi waktu mendapat kebaikan. Itu hal yang wajib kita sadari.
Phobia dalam beragama itu lebih kuat daripada mendalami ajaran agama itu sendiri, itu yang harus kita sadari. Itu kenapa faham - ekslusifisme lebih mudah bertumbuh subur di semua negara di dunia ini.

Agama pada intinya adalah tuntunan bagi manusia utk berubah menjadi lebih baik, lebih manusiawi. Beribadah menyembah Tuhan YME dan menjadi rahmat bagi sesamanya. Itulah yang saya petik dari membaca kitab, bertukar pikiran dengan pemeluk agama lainnya. Itu sebabnya beragama memerlukan kedewasaan dan wawasan sehingga tidak menimbulkan phobia yg tidak perlu.

Tuhan secara final sudah menciptakan alam semesta ini dengan berbagai perbedaan, dalam perbedaan itu kita bisa berlomba -lomba mengamalkan ajaranNya yaitu kasih terhadap sesama, rahmat bagi dunia ini.

Hal - hal yang berkaitan dengan intoleransi, radikalisme dll telah tercatat dalam sejarah dan itu merupakan faham subordinasi dalam semua agama. Yang sebenarnya juga melenceng dari tujuan utama beragama itu sendiri.

Jadi, apakah kita mau menghabiskan diri mendalami phobia - phobia itu sendiri? Ataukah kita mau menghadapinya secara benar, merubah mind set, bernalar dalam beragama bahwa perbedaan itu sendiri adalah suatu rahmat. Menyikapinya dengan damai dan bijak utnuk kebaikan kita bersama?

Pilihan ada pada kita, apakah kita menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bisa kita ubah? Ataukah kita bersama merubah dunia menjadi lebih baik sesuai ajaran agama masing -masing.

Make A Better World, For You And For Me.

1, 2 dan 3 (Coretan Kecil Pilkada DKI 2017)

Sebuah pertanyaan.

Apakah saya setuju tindakan Ahok pada Kyai Maruf Amin ?
Jelas tidak, dan saya mengkritik kekhilafan yang sekian kali itu.

1. Menghargai kepada orang tua dan ulama, Kyai Maruf disana sebagai saksi pada hal yang diyakininya, Ahok tdk pada tempatnya mencurigai dan lain-lain. Malah disini Ahok harus belajar menghargai pendapat orang lain, apalagi kepercayaan yang bukan kepercayaannya.
2. Sejak Gus Dur membuka pintu kesetaraan bagi orang Tionghoa di negara ini lewat dihapusnya beberapa UU produk Orba, Tionghoa negeri memiliki hutang budi pada beliau dan NU organisasinya. Terlepas NU melakukan itu untuk menegakkan keadilan dll tapi masyarakat Tionghoa berterima kasih dan sampai kapanpun tidak akan bisa dihilangkan. Jadi bersikap yg tdk benar thd Rais Aam PBNU terlepas apapun konteksnya sangat tidak pantas.
3. NU sebagai bagian besar di negeri ini seringkali terpecah, berbeda pendapat di internalnya sendiri terutama di akar rumputnya. Tugas Ahok sebagai salah satu pemimpin negeri ini membawa diri lebih kondusif dan bijaksana. Pertaruhan dan pertarungan di negeri ini bukan seperti tarung jalanan yang saling pukul tapi memperhatikan juga akibat kedepan yg buruk ke depannya bagi negeri plural ini.

Kita juga harus sadar Ahok dinegeri ini saya lihat mirip bek dalam sepakbola kehadirannya dengan sikap anti korupsi dan transparansi anggaran menuai banyak musuh, mulai dari birokrasi sendiri, politik, pengusaha -pengusaha sampai ormas dan LSM yg sakit hati karena  kebiasaan korupsi tersendat semua. Sebagaimana bek dalam sepakbola sukar mendapat pujian tapi sedikit blunder akan membawa cacian. Mulai dari penistaan sampai yang lainnya terlihat sekali bahwa semua kejadian tersebut di design dan dibesarkan oleh media2 dan media sosial. Itu yang harus disadari Ahok, lebih hati -hati dan bijak dalam mengambil langkah dan berbicara.

Kembali ke topik awal. 1, 2 dan 3

Bagaimana pendapat anda tentang pilkada DKI ?

1. Satu, calon tidak kompeten yang hanya menggunakan isu untuk menjatuhkan lawan. Beberapa kali foto dan videonya tertangkap relawan sedang berkolusi dgn GNPF, TW, LS, DS,AD dll membuat saya semakin yakin grand design dari sini. Anda tidak kompeten, bahkan anda tidak nyambung dengan jabatan yang anda tuju, sama spt waktu anda tdk mampu menjawab semua pertanyaan tentang ibukota di debat pilkada.
2. Dua, jabatan anda jabatan politis, suka atau tidak mulailah belajar sebagai politikus secara benar bukan hanya manajerial. Belajar merangkul dan lebih bijaksana, tidak perlu terbawa emosi dll itu wajib anda terima sebagai bagian dari perjuangan mewujudkan visi dan misi anda bagi negeri ini.
3. Tiga, sama seperti biasanya. Dari partai pengsusungnya pembawa faham intoleransi, dan seperti biasanya no action talk only. Jangan sampai faham-faham intoleransi, radikalisme dll berkembang subur dan menghancurkan negeri ini dari dalam spt Suriah dll karena kita memberikan celahnya.

Sebuah corat -coret semoga bermanfaat.

Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)

Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...