Sabtu, 14 Januari 2017

Joko Widodo, Bocah Pinggir Kali Jadi Presiden (Kisah Hidup Lengkap Presiden RI ke 7)

Ir. Joko Widodo
Silsilah Keluarga dan Kisah Hidup Presiden ke 7 RI 

(Membaca Hal Yang Benar, Berpikir Positif)

(I) Langgam Hidup Ayah Jokowi

Ayah Jokowi, Wijiatno Notomiharjo, sempat menjadi ketua ranting partai, namun tidak jago berpidato. Sebaliknya, suaranya sangat merdu saat menyanyikan lagu keroncong.

Wijiatno Notomiharjo memiliki permintaan nyeleneh ketika terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta pada tahun 2000. Ia minta dibawakan tape recorder serta kaset lagu keroncong.


Ayah Presiden Joko Widodo itu lalu mendekatkan speaker tape recorder itu ke telinganya. Ia mendengarkan lagu-lagu keroncong hingga tertidur pulas di ranjang rumah sakit.

“Sambil tiduran, dia mendengarkan lagu keroncong. Ketika itu lagunya Waldjinah,” ujar Sri saat ditemui detikX di sebuah rumah di Jalan Ahmad Yani Nomor 331, Manahan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.

Sri bersama suaminya, Arso, sudah puluhan tahun bekerja di keluarga Jokowi. Rumah yang ditinggalinya saat ini merupakan salah satu rumah milik keluarga mantan Wali Kota Solo tersebut.

Menurut Sri, saat itu Notomiharjo dirawat karena menderita hernia. Rencananya, ia akan dibawa ke Singapura untuk menjalani operasi. Namun, ketika dirawat di Jakarta, ia keburu mangkat.

Notomiharjo, dalam ingatan Sri, memang seorang penggila keroncong. Dulu, ketika keluarga Jokowi masih tinggal di Jalan Ahmad Yani, Notomiharjo sering mengundang orkes keroncong di halaman rumah itu.


Jadi keroncong itu pakai gitar bas. Nah, Pak Noto itu pintar memainkannya. Lagu kesukaannya Caping Gunung. Sering itu dinyanyikan.” Kebetulan rumah besar tersebut berhadapan dengan pool bus Damri. Orang berkerumun apabila digelar pertunjukan keroncong. Mereka yang lewat pun berhenti dan bergiliran memainkan gamelan.

Dan Notomiharjo selalu menjadi bintang panggung. Lelaki bertubuh tinggi, besar, dan berkulit putih itu tampak gagah bila sedang bersenandung sambil memainkan gitar bas.

“Jadi keroncong itu pakai gitar bas. Nah, Pak Noto itu pintar memainkannya. Lagu kesukaannya Caping Gunung. Sering itu dinyanyikan,” tuturnya.


Hobi menggelar musik keroncong itu rupanya sering dilakukan Notomiharjo saat masih tinggal di Kampung Cinderejo Lor, Gilingan. Notomiharjo senang mengumpulkan anak muda untuk bermain gitar.

Tempatnya berpindah-pindah, kadang di depan rumah, kadang di pinggir jalan tempat menurunkan kayu dagangan. “Ya namanya anak muda, ya, sama saja saya kira. Kan kita pernah muda, tahulah sifatnya,” kata teman kecil Jokowi, Bandi, kepada detikX.

Jiwa sosial Notomiharjo terlihat dalam kegiatan kumpul-kumpul itu. Ia sering membelikan makanan dan minuman buat kerumunan orang yang menonton pertunjukan keroncong. Tak hanya itu, ia juga memberikan sedekah.

Notomiharjo memiliki nama muda Wijiatno. Buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan karya Kristin Salmah dan Fransisca Ria Susanti menyebutkan Notomiharjo tinggal bersama kakeknya di Kampung Klelesan, Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, semasa melajang.


Sujiatmi tertarik pada Wijiatno karena kegagahan dan ketampanannya. Sewaktu muda, Wijiatno sudah mengendarai sepeda motor BSA produksi The Birmingham Small Army, Inggris. Maklum, bapaknya adalah seorang lurah di Kragan, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

Sosok ayah Jokowi ini masih terekam dalam foto keluarga yang terpampang dalam buku itu. Notomiharjo terlihat mendampingi Jokowi ketika bertunangan dengan Iriana dan pernikahan anak keduanya, Iit Sriyantini.

Setelah menikahi Sujiatmi pada 23 Agustus 1959, keluarga Notomiharjo menekuni bisnis kayu dan tinggal di daerah Srambatan, Surakarta. Bisnis kayu ini awalnya dilakoni Notomiharjo dibantu ayah Sujiatmi, Wirorejo, yang lebih dulu menekuni usaha kayu.



Sujiatmi baru bergabung setelah meninggalkan usaha menjahit. Namun pada akhirnya Sujiatmi-lah yang memegang andil lebih banyak dalam bisnis kayu itu. Sujiatmi sangat mahir membedakan jenis kayu hanya dari teksturnya.

Mereka kemudian memulai bisnis kayu sendiri begitu pindah ke Kampung Cinderejo Lor pada 1962. Namun Wirorejo dan kakak Sujiatmi, Miyono Suryo Sarjono, masih terus memberikan bimbingan.

“Nah, Bu Sujiatmi dan Pak Noto itu mulai kerja belakangan, yang bimbing orang tua saya,” ucap Miyono kepada detikX.

Notomiharjo membangun bengkel penggergajian kayu di rumahnya. Pekerjaan masih dilakukan secara manual, bukan gergaji mesin. Mereka memanfaatkan lahan sisa di depan rumah untuk menggelar kayu jati gelondongan.

Tak banyak pesaing pedagang kayu jati di daerah itu. Makanya usaha mereka cukup maju. Bandi ingat keluarga Jokowi mampu membeli bus tanpa kursi penumpang yang dioperasikan untuk mengangkut kayu dari daerah.

“Itu saya dulu yang suka mencuci busnya. Busnya itu polos, itu bekas AURI (Akademi Angkatan Udara Republik Indonesia),” Bandi mengenang.


Namun sejarah kelam tragedi 1965 juga berimbas pada Kampung Cinderejo. Kampung Cinderejo tergolong sebagai “daerah merah”. Banyak tetangga, kata Bandi, yang diciduk tentara karena terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Namun keluarganya dan keluarga Notomiharjo lolos, tidak ikut diciduk militer.

Bandi menjelaskan rumahnya gandeng dengan rumah Jokowi. Rumah di sebelah barat rumah mereka merupakan simpatisan komunis. Sedangkan di sebelah timur adalah simpatisan Marhaenisme. “Jadi (kalau dibilang) saya (dan Pak Noto) ikut PKI, ya tidak, ikut sini ya tidak,” katanya.

Sujiatmi juga mengenang ketika kampungnya diobrak-abrik tentara. Hati Sujiatmi ciut melihat banyak tetangganya dibawa tentara. Keluarganya sendiri tidak ikut diciduk karena tak ada bukti keterlibatan dengan PKI maupun organisasi sayapnya.

“Tetangga sebelah kiri rumah saya dibawa ke Nusakambangan,” tulis kesaksian Sujiatmi dalam buku itu.

Untungnya, bisnis kayu tidak terkena dampak dan usaha mereka terus berlanjut pascatragedi itu. Tapi kemudian, pada 1970-an, pemerintah menggusur kawasan Cinderejo, yang berada di pinggir Kali Pepe itu, untuk menjadi terminal truk dan perluasan Pasar Pring (Pasar Bambu).

Rumah Notomiharjo tak luput dari penggusuran sehingga harus pindah ke rumah di Jalan Ahmad Yani Nomor 331. Begitu juga dengan usaha kayu mereka, ikut dipindahkan ke rumah baru tersebut.

Pasar Gilingan, Solo, tempat dulu Wijiatno Notomiharjo mengontrak rumah dan berjualan kayu pada 1962-1970.

Bisnis orang tua Jokowi ini terus berkembang walau lebih banyak dikelola Sujiatmi. Notomiharjo sendiri lebih rajin mencari kayu ke daerah dibantu oleh Arso, suami Sri.

Sri menyebutkan keluarga Notomiharjo termasuk keluarga kaya, bahkan sampai memiliki tiga unit mobil. Salah satu mobil jenis jip berwarna hijau hilang karena dibawa lari oleh teman Notomiharjo saat disewa.

Ketika angin reformasi berembus pada 1998, Notomiharjo tertarik ikut berkecimpung dalam partai politik. Miyono mengatakan adik iparnya itu sempat menjadi anggota satgas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Dalam bukunya, Sujiatmi menyebutkan Notomiharjo pernah menggantikan ketua ranting partai di kampungnya. Namun ia hanya menyebut suaminya menjadi ketua ranting sebuah partai nasionalis.

Nah, sementara urusan menyanyi keroncong Notomiharjo selalu terdepan, beda halnya jika ia diminta berpidato di depan kader partai. Seringnya justru Sujiatmi yang disuruh berpidato.

Tidak lama Notomiharjo menjadi pengurus partai, hanya sekitar dua tahun, karena ia meninggal pada 2000. Sri bercerita pemakaman majikannya itu benar-benar ramai. Tamu yang melayat berderet hingga sampai Terminal Tirtonadi.

Karena saking banyaknya pelayat itu, suami Sri sampai-sampai ia tak boleh ikut mengantar majikannya ke pekuburan. “Suami saya sampai tidak boleh ikut ke makam, suruh tunggu rumah, karena banyak sekali yang melayat,” kata Sri.

(II) Kisah Mulyono Menjadi Joko Widodo

Karena sakit-sakitan, bayi Mulyono lalu diubah namanya menjadi Joko Widodo. detikX mendapatkan salinan akta kelahiran Jokowi, yang kini Presiden RI.

Brayat Minulyo menjadi tempat yang sangat bersejarah bagi Presiden RI Joko Widodo. Di tempat ini Jokowi, panggilan akrab Joko Widodo, dilahirkan pada Rabu Pon, 21 Juni 1961.

Rumah Sakit Brayat Minulyo, yang terletak di Jalan Doktor Setiabudi, merupakan rumah sakit yang tergolong tua di wilayah Solo, Jawa Tengah.

Berdiri pada 8 Desember 1949 di Jalan Kebalen Nomor 2, Solo, Brayat Minulyo sebelumnya merupakan balai pengobatan dan rumah bersalin dengan kapasitas hanya enam tempat tidur.

“Rumah bersalin ini dirintis dan dikelola oleh suster-suster Biarawati Karya Kesehatan,” ujar Brigita Adventa Fajariani, juru bicara RS Brayat Minulyo, saat ditemui detikX, Kamis, 5 Januari lalu, di Solo.

Karena mengalami perombakan besar-besaran, ruang tempat Sujiatmi, ibu kandung Jokowi, melahirkan sekarang sudah dipugar dan menjadi ruang farmasi.

Iya, dulu nama Jokowi itu Mulyono. Karena saat balita sering sakit-sakitan, namanya diganti jadi Joko Widodo." “Ini bangunan baru semua, sudah tidak kelihatan lagi. Terakhir renovasi tahun 2005 ketika Pak Jokowi jadi Wali Kota Solo. Yang meresmikan Pak Jokowi sendiri,” ucap Fajariani.

Ditambahkan dia, semua catatan kelahiran dan riwayat medis kelahiran Jokowi sampai saat ini masih tersimpan rapi di ruang arsip rumah sakit tersebut.

Sementara itu, berdasarkan fotokopi akta kelahiran yang dikeluarkan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta pada 3 November 1988 yang diperoleh detikX, Jokowi lahir dari pasangan Sujiatmi dan Notomiharjo.

Akta kelahiran itu dilegalisir pada Maret 2005 saat Jokowi hendak maju menjadi calon Wali Kota Solo. Saat melahirkan Jokowi, Sujiatmi dan suaminya, yang bernama lengkap Wijiatno Notomiharjo, masih tinggal di Srambatan, Solo.

Mereka baru memulai usaha jual-beli kayu di daerah itu sebelum akhirnya pindah ke Pasar Pring (Pasar Bambu) di Gilingan. “Orang tua Jokowi masih mengontrak di sana (Gilingan),” ujar Miyono Suryo Sarjono kepada detikX di rumahnya.

Miyono merupakan kakak kandung Sujiatmi. Ia sendiri menjadi saksi saat Sujiatmi melahirkan Jokowi di Rumah Sakit Brayat Minulyo 56 tahun yang lalu.

Miyono masih ingat betul bagaimana dia dan istrinya harus bolak-balik ke rumah sakit menjelang kelahiran Jokowi. Maklum, Jokowi merupakan anak pertama Sujiatmi. Apalagi, saat melahirkan Jokowi, usia Sujiatmi baru 18 tahun.

“Ketika mengantarkan ke rumah sakit saat ibunya melahirkan (Jokowi), bapaknya itu bersama saya dan istri saya,” ujar Miyono.

Sementara itu, mengenai siapa ayah dan ibu Sujiatmi, menurut Miyono, adalah Wirorejo dan Sani, yang berasal dari Dusun Gumukrejo, Kelurahan Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.

Selain dirinya dan Sujiatmi, Miyono menyebut orang tuanya memiliki anak bungsu bernama Setiawan Prasetya. Wirorejo sendiri adalah penjual kayu, yang kelak pekerjaan ini menurun ke anak-cucunya.

Sedangkan berdasarkan keterangan Mukiyem, pengasuh Jokowi semasa kecil, kakek dan nenek Jokowi sempat membawa cucunya itu ke Giriroto setelah dilahirkan.

“Ibunya Jokowi saat itu masih muda, belum pengalaman mengurus bayi. Makanya Jokowi dibawa ke Giriroto selama 40 hari,” ucap Mukiyem, yang sering dipanggil dengan sebutan Mbok Yem, saat berbincang dengan detikX di rumahnya, Dusun Demen, Kelurahan Jeron, Kecamatan Nogosari, Boyolali.

Lepas 40 hari, ucap Mbok Yem, Jokowi dibawa kembali ke Solo. Nah, sejak itu pula Mbok Yem, yang masih ada hubungan kerabat dengan keluarga Wirorejo, diminta mengasuh Jokowi saat masih bayi.

“Saya mengasuh Jokowi sejak dia masih merangkak sampai sekolah TK,” ujar Mbok Yem mengenang.

Ia juga mengatakan, saat masih bayi, Jokowi diberi nama Mulyono. Namun, karena sering sakit-sakitan, namanya kemudian diganti menjadi Joko Widodo hingga sekarang.

Kata Mbok Yem, dalam bahasa Jawa, nama “widodo” berarti sejahtera dan sehat selalu. Makanya nama itulah yang disematkan pada Jokowi saat masih bayi.

Informasi yang sama disampaikan Heru Purnomo, paman Jokowi dari garis ayah, yang tinggal di Desa Kragan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

“Iya, dulu nama Jokowi itu Mulyono. Karena saat balita sering sakit-sakitan, namanya diganti jadi Joko Widodo,” ujar Heru, yang merupakan adik bungsu Notomiharjo.

Meski sebagai paman, usia Heru hanya terpaut tiga tahun lebih tua dari Jokowi. Itu sebabnya, saat kecil keduanya sering bermain bersama bila Jokowi berkunjung ke rumah kakeknya, Lamidi Wiryo Miharjo.

Sang kakek saat itu menjabat Kepala Desa Kragan. Dia menjabat selama 32 tahun sampai wafat pada 11 November 1986.

Menurut Heru, ayahnya awalnya adalah seorang carik atau sekretaris desa sejak 1948. Karena dia dianggap berprestasi, Lamidi diangkat menjadi lurah pada 1954.

“Karena kinerjanya bagus itu, jadi pilihan semua warga. Sampai dijuluki Mbah Lurah,” kata dia.

Sebenarnya leluhur Lamidi juga berasal dari Giriroto, desa tempat keluarga ibu Jokowi tinggal. Hanya, dua keluarga besar ini tinggal di dusun berbeda.

Keluarga Notomiharjo tinggal di Dusun Kelelesan, sedangkan keluarga Sujiatmi tinggal di Dusun Gumukrejo. Jarak kedua dusun itu hanya 500 meter.

“Saat usia 8 tahun, kakak saya (Notomiharjo) dibawa ke Kragan, saat ayah saya jadi kepala desa di sini (Kragan),” tutur Heru.

Meski begitu, saat remaja, Notomiharjo sering tinggal di Giriroto bersama neneknya. Nah, di desa itulah ia bertemu, bermain, dan memadu kasih dengan Sujiatmi.

Kenangan pertemuan Notomiharjo dan Sujiatmi ini terekam dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan, yang terbit pada 2014.

Dalam buku itu dikisahkan, orang tua Jokowi saat kecil sering bermain bersama. Perkenalan keduanya terjadi lewat permainan gobak sodor atau yang dalam bahasa Inggris disebut go back through the door.

Saat itu Sujiatmi masih duduk di bangku SMP, sedangkan Notomiharjo sudah SMA. Dan kala itu Sujiatmi sering diantar sekolah oleh Notomiharjo dengan sepeda motor BSA produksi The Birmingham Small Arms, Inggris.

Rupanya sepeda motor BSA dan kepiawaian Notomiharjo bermain gobak sodor membuat Sujiatmi kepincut dan jatuh hati. Apalagi wajah Notomiharjo begitu rupawan di mata Sujiatmi. “Pak Noto itu ganteng sekali,” ucap Sujiatmi di buku itu.

Keduanya pun berpacaran selama dua tahun dan kemudian menikah pada 23 Agustus 1959. Saat itu usia Sujiatmi baru menginjak 16 tahun, sementara Notomiharjo 19 tahun.

Dua tahun menikah, keduanya kemudian dikaruniai anak laki-laki, Jokowi. Berikutnya adik-adik perempuan Jokowi, yakni Iit Sriyantini, Idayati, dan Titik Ritawati, dilahirkan. Jokowi lantas menikah dengan Iriana dan dikaruniai tiga anak.

(III) Jokowi Kecil, Pendiam dan Susah Makan

Presiden Jokowi di masa kecil merupakan pribadi yang pendiam. Menangis saat ditinggal oleh bapak-ibunya di rumah.

Kali Pepe menjelang sore. Bandi, sebagaimana bocah-bocah Solo yang tinggal di sepanjang bantaran kali dekat Pasar Gilingan itu pada 1960-an, langsung menuju sungai untuk bermain.

Tak ketinggalan di belakangnya Joko Widodo, yang selalu menguntit ke mana pun Bandi bermain. Bandi lebih tua 7 tahun ketimbang Joko. Keduanya lantas mandi di sungai yang dulu jernih airnya itu.

Setelah berenang dengan gedebok pisang, biasanya dua karib ini membuntuti sekawanan bebek yang hendak pulang kandang. Bila beruntung, mereka mendapatkan telur yang ditinggalkan bebek-bebek itu di sungai.

“Bebek itu dulu kan liar, dilepasin dari kandang, sore pulang. Ya, namanya anak kecil, ada telur, ya, diambil, ha-ha-ha…,” ucap Bandi saat mengenang masa kecil Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersama dirinya itu kepada detikX, Jumat, 6 Januari, di Solo.

Dia senang mencari burung sewaktu SMA pakai katapel, sering mandi, dan mencari ikan di sungai.”
Menurut Bandi, selain bermain di tepi sungai, Jokowi kecil senang membuat terowongan dari tanah dan naik sepeda. Namun ada satu kesukaan anak-anak yang tak pernah bisa dilakukan Jokowi.

“Coba saja suruh naikin layangan, pasti enggak bisa. Taruhan sama saya,” ujar Bandi.

Jokowi, ujarnya, merupakan pribadi pendiam saat masih kecil. Jokowi tidak suka membaur bila ada kerumunan orang. Ia memilih pulang ke rumah dan istirahat.

“Jadi dia (Jokowi) itu tidak senang sama suara bising. ‘Wah, ramai nih,’ lalu masuk rumah,” tutur Bandi.

Cerita persahabatan Bandi dan Jokowi bermula ketika Wijiatno Notomiharjo-Sujiatmi, ayah dan ibu kandung Jokowi, pindah ke Kampung Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, pada 1962. Waktu itu Jokowi baru berumur 1 tahun.

Sebelumnya, keluarga Jokowi tinggal di Srambatan, Banjarsari. Tempat tinggal kedua Jokowi dan Bandi kebetulan gandeng, sehingga hubungan di antara kedua keluarga itu seperti saudara.

Bahkan bila pembantu Jokowi, Mukiyem atau Mbok Yem, berhalangan menjemput ke sekolah, Tarti-lah yang menjemputnya. Pada 2014 bibi Bandi ini bercerita, dulu ia juga sering mengantarkan Jokowi ke rumah pamannya di Gondangrejo, Karanganyar.

Biasanya itu terjadi setelah Jokowi menangis ditinggal oleh bapak-ibunya di rumah. “Saat Mas Jokowi menangis , saya yang memboncengkannya ke rumah pakdenya di Gondang,” kata Tarti.

Sayang, ketika terjadi penggusuran Kampung Cinderejo Lor pada 1970, mereka berpisah. Bandi pindah ke seberang kali, yang menjadi tempat relokasi warga gusuran, sedangkan Jokowi ke rumah baru di Manahan.

Jokowi yang pendiam saat masih kecil juga dituturkan Mbok Yem, yang mengasuh mantan Gubernur DKI Jakarta itu dari belajar merangkak hingga sekolah taman kanak-kanak.

“Sering dikasih kaleng sendok pasir, anteng. Main saja begitu. Manut banget. Enggak pernah nakal dan enggak rewel sama sekali,” katanya ketika ditemui detikX rumahnya, Dukuh Demen, Desa Jeron, Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.

Di sekolah TK yang terletak di belakang kantor radio RRI Solo itu, Jokowi gemar jajan sate lontong dan air legen. Namun kadang Jokowi hanya membelinya saja tanpa dimakan.

“Dia itu susah makan. Beli saja, tidak dimakan,” cerita Mbok Yem.

Jokowi dalam buku Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta karya Alberthiene Endah juga mengungkap keisengannya dengan pedagang. Suatu hari ia memanggil seorang pedagang tanpa tahu pedagang apa.

Ternyata pedagang itu berjualan arang keliling. “Telanjur dipanggil, ya, terpaksa Ibu membayar arang-arang itu. Padahal saya tidak butuh,” kata Jokowi.

Untuk mengisi waktu libur sekolah, Jokowi juga sering ke rumah kakek dan neneknya di Desa Kragan, Gondangrejo. Sang kakek, Lamidi Wiryo Miharjo, menjadi kepala desa selama puluhan tahun di desa itu.

Selepas dari TK, Jokowi bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Tirtoyoso 111, Banjarsari. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 1 pada 1970 dan SMA 6 pada tahun 1973. Semuanya di Solo.

Sama dengan di Kali Pepe, Jokowi sering menghabiskan waktu di sungai kalau berkunjung ke Kragan. Kragan adalah sebuah desa yang terletak di pinggir sungai terbesar di Pulau Jawa, Bengawan Solo.

Di sana, ia juga punya teman setia bermain, yang tak lain adalah pamannya sendiri, Heru Purnomo. Keduanya memang seperti teman sebaya, karena Heru hanya terpaut tiga tahun lebih tua.

Bila berkunjung ke Kragan, Jokowi, yang sudah menginjak dewasa, naik sepeda motor butut. “Dia senang mencari burung sewaktu SMA pakai katapel, sering mandi, dan mencari ikan di sungai,” kata Heru kepada detikX di Kragan.

Berbeda dengan ayahnya yang menggemari keroncong, Jokowi remaja sangat suka dengan grup band legendaris, Koes Plus. Ia selalu menikmati lagu-lagu Koes Plus di dalam kamar. Ia juga suka musik rock. "Kalau terdengar lagu Koes Plus, berarti itu Pak Joko," ujar pembantu Jokowi, Sri.

Semasa kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jokowi bergabung dalam mahasiswa pencinta alam tingkat fakultas, yakni Silvagama. Saat itu Jokowi, yang membiarkan rambutnya gondrong, mendaki Gunung Kerinci di Jambi pada 1983.

Ketika menjadi pejabat tinggi, Jokowi gemar menapak tilas ke semua kampung yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin menyapa teman-teman sepermainannya waktu kecil.

Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang menjemput tamu di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari Jakarta. Jokowi pun menyapanya.

“Waktu itu dia masih Gubernur DKI. ‘Lo, Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya. Orang-orang pada heran. Dia ngomong, ‘Bagaimana kabarnya? Sehat apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang Jawa,” kata Bandi.

(IV) Joko Widodo (Riwayat Hidup)

Ir. H. Joko Widodo (O Jawa: Jaka Widada, Jawa Latin: Jåkå Widådå,  lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21Juni 1961) atau yang lebih akrab disapa Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, dia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Joko Widodo berasal dari keluarga sederhana. Bahkan, rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali, ketika dia masih kecil, tetapi ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, dia menekuni profesinya sebagai pengusaha mebel.[6] Karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005. Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah Kota Surakarta menjadi kota pariwisata, kota budaya, dan kota batik. Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil memenangi Pilkada Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "muda" dan "bersih", meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.

Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media. Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk pemilihan umum presiden Indonesia 2014. Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama Jokowi terus unggul. Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan calon presiden dari PDI Perjuangan sampai setelah pemilihan umum legislatif 9 April 2014. Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Jokowi menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden, tiga minggu sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum kampanye.

Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sudjiatmi dan merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan bernama Iit Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati. Ia sebenarnya memiliki seorang adik laki-laki bernama Joko Lukito, namun meninggal saat persalinan. Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono. Ayahnya berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali. Pendidikannya diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.

Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun. Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.

Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta. Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.

Jokowi menikah dengan Iriana di Solo, tanggal 24 Desember 1986, dan memiliki 3 orang anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1988), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1995).

Masa kuliah dan berwirausaha
Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta". Selain kuliah, ia juga tercatat aktif sebagai anggota Mapala silvagama.

Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik Pakdenya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari Ibunya.

Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.

Agama
Jokowi memeluk agama Islam dan bercerita bahwa ia pertama kali naik haji pada tahun 2003, dan sesudahnya umrah minimal empat kali.Namun, menjelang pemilihan umum presiden 2014, muncul berbagai tudingan yang mempertanyakan keislaman Jokowi, sehingga pada tanggal 24 Mei 2014 Jokowi menyatakan bahwa ia adalah bagian dari "Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yang memegang teguh UUD 45." Ia juga menyatakan bahwa ia bukan bagian dari kelompok Islam yang "sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri", "menindas agama lain", "arogan dan menghunus pedang di tangan dan di mulut", "suka menjejerkan fustun-fustunnya", "menutupi perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan sorban", atau "membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat".

Ideologi
Sebagai Presiden Indonesia terpilih, Jokowi menegaskan sikap politiknya untuk memimpin Indonesia dengan kekayaan manusia, budaya, dan pluralitasnya supaya tidak kehilangan arah dalam mengejawantahkan isi UUD 1945 dan makna Pancasila. Sikap ini menurutnya juga dipandang perlu diimplementasikan oleh setiap pemimpin pada semua level pemerintahan baik kota hingga skala nasional. Jokowi memilih memaknai lewat ajaran trisakti Bung Karno yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan.

"Saya sebagai seorang Presiden juga harus punya ideologi jelas, apa itu? Berdaulat, berdikari dan berkepribadian. Ideologi kita sama, Pancasila, tetapi cara penerapannya berbeda. Ada yang lewat gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada yang lewat cara cara lain. Seorang pemimpin baik di kota, kabupaten, gubernur provinsi, tingkat nasional, memimpin itu harus punya ideologi. Harus ada ideologinya. Tanpa itu kita tak punya arah."

V. Joko Widodo (Kiprah Politik)

A.Walikota Solo, Jateng
Pada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%.Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman pada masa muda, ia mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan, berbagai kawasan seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan, dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional. Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia". Berkat pencapaiannya ini, pada tahun 2010 ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta dengan suara melebihi 90%. Kemudian, pada tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

B.Gubernur DKI Jakarta

Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan Calon Gubernur. Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan. Sebagai wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur.

Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon pertama yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam 1 putaran. Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahid yang sudah dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan partai lainnya, PDI-P dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6 kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid. Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.

Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua. Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010 serta pendukung Faisal Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.

Pilkada 2012 putaran II

Jokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh calon, termasuk Fauzi Bowo, namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan Hidayat Nur Wahid dan memunculkan spekulasi adanya koalisi di putaran kedua. Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan Hidayat Nur Wahid.

Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di putaran pertama malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo. Hubungan Jokowi dengan PKS juga memburuk dengan adanya tudingan bahwa tim sukses Jokowi memunculkan isu mahar politik Rp50 miliar. PKS meminta isu ini dihentikan, sementara tim sukses Jokowi menolak tudingan menyebutkan angka imbalan tersebut. Kondisi kehilangan potensi dukungan dari partai-partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat melawan Koalisi Partai". Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat karena PDI Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang mendukung Jokowi, tidak seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan calon independen. Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Misbakhun dari PKS, Jusuf Kalla dari Partai Golkar, Indra J Piliang dari Partai Golkar, serta Romo Heri yang merupakan adik ipar Fauzi Bowo.

Pertarungan politik juga merambah ke dunia media sosial dengan peluncuran Jasmev, pembentukan media center, serta pemanfaatan media baru dalam kampanye politik seperti Youtube. Pihak Fauzi Bowo menyatakan juga ikut turun ke media sosial, namun mengakui kelebihan tim sukses dan pendukung Jokowi di kanal ini.

Menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali bermunculan yang memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh SSSG, 72,48% melawan 27,52% oleh INES,[63] 45,13% melawan 37,53% dalam survei elektabilitas oleh IndoBarometer, dan 45,6% melawan 44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.

Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat 46,19%. Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%, dan lima stasiun TV. Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%, Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%. Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.

Sebelum dan sesudah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia berjanji bahwa ia akan menambah 1000 unit bus Transjakarta, lalu ia bisa dihubungi wartawan 24 jam, bahwa ia akan bekerja 1 jam di kantor dan sisanya tinjau pelayanan publik. Ia juga berkata bahwa dirinya tidak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL), dan juga akan membangun kampung susun yang bukan apartemen; lalu ia akan memperbaiki sistem pendidikan dan kesehatan, memberikan penghargaan ke semua ketua RT dan RW, dan ia juga menjanjikan akan menambah ruang publik bagi remaja DKI. Pada saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, permasalahan mulai berdatangan, dan semenjak musim hujan melanda Jakarta dan masalah macet tidak usai, publik DKI mulai pesimis dan meragukan kemampuan Jokowi dalam mengatasi masalah ibukota.

Pasca Pilkada 2012
Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta, namun dibantah oleh DPRD. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun tangan jika masalah ini terjadi, karena pengangkatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun jika pada saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri setelah terpilih. Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap Undang-Undang No. 34 tahun 2004, sehingga setelah Jokowi, kepala daerah yang mencalonkan diri di daerah lain, harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai calon.

Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Wali Kota Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan Jokowi tertunda dari jadwal awal 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober 2012.[80] Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana. DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari awalnya dianggarkan Rp 1,05 miliar dalam Perubahan APBD. Acara pelantikan juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.

Add caption
Kebijakan Joko Widodo selama menjabat Gubernur DKI Jakarta banyak yang bersifat populis, seperti Kampung Deret, Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Namun beberapa juga mendatangkan keberatan masyarakat, seperti dalam perbaikan saluran air, peremajaan bus kecil, dan sterilisasi jalur busway.

Di awal menjabat, ia mendahulukan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar, dan setelah mendapat kendali atas APBD, menjalankan pembenahan saluran air di DKI Jakarta melalui program JEDI. Beberapa program transportasi warisan pemerintahan sebelumnya seperti 6 Ruas Tol dan Monorel terhambat. Sebaliknya, ia berkonsentrasi kepada transportasi massal MRT Jakarta, penambahan armada Transjakarta, dan peremajaan bus kecil. Ia juga mengupayakan pengambilalihan pengelolaan Sumber Daya Air melalui akuisisi Aetra dan Palyja.

Ia berperan dalam mengurangi diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier Pegawai Negeri Sipil di DKI Jakarta melalui penerapan lelang jabatan. Sebagai salah satu dampaknya adalah terpilihnya pejabat dari kalangan minoritas yang mendapat penolakan masyarakat. Misalnya dalam kasus Lurah Susan. Jokowi menyatakan dukungan bagi Lurah Susan.

Pada masa pemerintahannya pula, DKI Jakarta mengadakan beberapa event kreatif seperti Jakarta Night Festival, Pesta rakyat, dan Festival Keraton Sedunia. Ia juga memperbaiki kebersihan lingkungan di Jakarta, antara lain dengan melarang atraksi Topeng Monyet.

C. Presiden RI ke 7

Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung. Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya, sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDI-P harus disetujui oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan ia menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April.

Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden Republik Indonesia dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014. Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung. Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi 4.878,64, sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat hingga angka 11,386. Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat mendongkrak suara PDI-P hingga 30% dalam pemilu legislatif. Namun, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDI-P gagal mencapai 20%.

Lima hari setelah deklarasinya, pada tanggal 19 Maret 2014 Joko Widodo digugat oleh Tim Advokasi Jakarta Baru di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Ia dinilai melanggar hukum perdata karena meninggalkan jabatannya sebagai gubernur sebelum merealisasikan janji-janjinya untuk melaksanakan program kerakyatan. Namun, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengkonfirmasi bahwa pencapresan Jokowi tidaklah melanggar hukum. Ia berhak maju dan akan dengan mudah mendapat izin dari Presiden tanpa harus mengundurkan diri karena sudah diatur dalam Undang Undang No 47 Tahun 2008 mengenai Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Seorang kepala daerah yang hendak maju dalam Pemilihan Presiden harus mengajukan surat permintaan izin kepada Presiden dan Gamawan Fauzi tidak merasa memiliki alasan untuk menghalanginya.

Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon wakil presidennya. Pengumuman sekaligus deklarasi tersebut berlangsung di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta.[98] Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.

Menjelang pemilihan umum presiden, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres boneka, keislaman Jokowi yang diragukan, tuduhan bahwa Jokowi adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong, hingga klaim bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.

Kebijakan

Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk meredam sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikritik karena meluncurkan program yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran , namun hal ini dibantah oleh Jusuf Kalla, dengan argumen bahwa program kartu tersebut sebenarnya kelanjutan dari program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program tersebut.

Mulai tanggal 8 November, ia mengikuti beberapa konferensi tingkat tinggi, seperti APEC, Asian Summit, dan G20. Jokowi menuai kontroversi setelah presentasinya di depan pengusaha di APEC. Sebagian mencerca presentasi ini sebagai upaya menjual negara kepada kepentingan asing, sementara di lain pihak pidatonya dipuji karena dianggap tepat pada sasaran, dibanding presiden negara lain yang hanya memberi ceramah yang mengambang. Dari APEC, Jokowi berhasil membawa komitmen investasi senilai Rp300 Triliun.

Sekembalinya dari luar negeri, ia menunjuk Faisal Basri sebagai ketua Tim Pemberantasan Mafia Migas, melantik Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan mengumumkan kenaikan BBM dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Kebijakan ini sempat diikuti demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia. Jokowi ingin mengalihkan dana subsidi tersebut untuk pembangunan infrastruktur dan kesehatan. Dia kembali menuai kontroversi setelah menunjuk HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung. HM Prasetyo dinilai tidak punya pengalaman cukup baik di kejaksaan dan dianggap sebagai titipan partai politik.

Di bidang kelautan, Jokowi menginstruksikan perlakuan keras terhadap pencuri ikan ilegal. Selain meminta diadakannya razia, ia juga berharap kapal pelanggar aturan ditenggelamkan.

Di bidang pertanian, Jokowi membagikan 1099 unit traktor tangan di Subang dengan harapan menggenjot produksi petani.

Jokowi kembali menuai kontroversi dan protes luas dari berbagai elemen masyarakat ketika mengajukan calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan ke DPR pada pertengahan Januari 2015. Budi dianggap sebagai calon Kapolri yang tidak bersih oleh publik serta pernah menjadi ajudan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang dianggap sebagai politik balas jasa. Sehari sebelum disahkan sebagai calon Kapolri oleh DPR, Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas kasus dugaan rekening gendut. Presiden Jokowi lalu memutuskan untuk menunda pelantikannya sebagai Kapolri hingga proses hukum yang membelit Budi Gunawan selesai serta menunjuk Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti untuk melaksanakan tugas sehari-hari Kapolri.. Pada akhirnya Badrodin Haiti resmi dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Jokowi pada tanggal 17 April 2015.

Presiden Jokowi juga kembali menuai kecaman keras setelah menandatangani Peraturan Presiden tentang Kenaikan Uang Muka Mobil Pejabat. Jokowi pun mengaku tidak tahu Perpres yang ditandatanganinya dan akhirnya mencabut Peraturan tersebut.

Jokowi mendapat sambutan hangat dan pujian ketika menyampaikan pidato di hadapan peserta peringatan ke 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada 22 April 2015. Jokowi menyampaikan perlunya mereformasi PBB dan badan internasional lainnya. Ia dipandang berani mengkritik lembaga prestisius dunia seperti PBB, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia. Jokowi pun menuai kritik dari peneliti Amerika Serikat karena ia dipandang tidak konsisten dalam mengajak investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Di bidang infrastruktur, Jokowi telah memulai banyak proyek pembangunan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam sektor ini, diantaranya adalah melakukan groundbreaking pembangunan pasar tradisional di Papua, Jalan Tol Trans-Sumatera, Tol Solo-Kertosono, pelabuhan Makassar, meresmikan operasional terminal Teluk Lamong sebagai bagian dari Greater Surabaya Metropolitan Port, dan lain sebagainya.

Pada kunjungannya ke Papua bulan Mei 2015, Jokowi membebaskan 5 tahanan politik OPM dan membebaskan wartawan asing untuk melakukan peliputan di Papua seperti halnya daerah lain di Indonesia. Jokowi beralasan bahwa Indonesia sudah harus berpikir positif dan saling percaya. Kebijakan Jokowi ini menuai pro dan kontra, terutama di kalangan DPR RI yang menyatakan bahwa kebijakan tersebut dapat membuat isu Papua dipolitisir ke dunia luar, karena masalah Papua yang sangat sensitif.

Penghargaan
Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008". Kebetulan di majalah yang sama pula, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab dengan panggilan Ahok pernah terpilih juga dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian menjadi pendampingnya di Pilgub DKI tahun 2012.

Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki lima.

Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada rakyat. Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil. Pada Januari 2013, Joko Widodo dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya. Oleh KPK, dia diberi penghargaan atas keberaniannya melaporkan berbagai barang gratifikasi yang diterima.

Atas kemampuannya mensosialisasikan program-progam pemerintah sehingga mendapat dukungan masyarakat banyak, ia diganjar sebagai Marketer of The Year 2012 oleh Markplus Conference 2013, Marketing: Into Innovation and Technology.

Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk menemui lan.

Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki lima.gsung warga dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi jalanan". Jokowi juga dianggap unik dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada warga dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu program. Namun, gaya ini juga menuai kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menyatakan bahwa "blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi, sementara yang dibutuhkan adalah kebijakan langsung dan bukan sekadar interaksi. Anies Baswedan juga menilai "blusukan" merupakan pencitraan belaka tanpa memberikan solusi.

Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal akan transparansinya. Misalnya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sama-sama mengumumkan jumlah gaji bulanan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada umum. Ia juga memulai sejumlah program yang terkait dengan transparansi seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash management system. Selain itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi dan Basuki direkam dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" di YouTube.

Gaya kampanye

Gaya berkampanye Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta menekankan pendekatan langsung kepada masyarakat dengan mendatangi mereka langsung daripada mengumpulkan orang di lapangan. Jokowi mengklaim bahwa ia menghindari pemasangan spanduk, poster, stiker, dan baliho di taman kota atau jalan karena menurutnya dapat mengotori kota, sehingga ia secara langsung mencopot spanduk di depan bioskop Megaria, Jalan Diponegoro. Selama kampanye pilkada Jakarta, Jokowi juga dikenal akan baju kotak-kotaknya, yang menurutnya dibeli satu jam sebelum berangkat ke Komisi Pemilihan Umum Daerah dan dikatakan mewakili "warna-warni Jakarta yang harus diakomodasi".

Salah satu kekuatan Jokowi dalam berkampanye adalah penggunaan media sosial. Selama kampanye pilkada Jakarta, ia meluncurkan Jasmev atau Jokowi Ahok Social Media Volunteer, yang merupakan jaringan antar kelompok sukarelawan tanpa bayaran. Selain itu, Jokowi juga membentuk media center dan mampu memanfaatkan Youtube sebagai wadah kampanye baru. Pihak Fauzi Bowo sendiri mengakui keunggulan Jokowi di kanal ini.

Berdasarkan hasil audit Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada Agustus 2012, pemasukkan dana kampanye pasangan Jokowi-Basuki tercatat sebesar Rp 16,31 miliar, sementara pengeluarannya mencapai Rp 16,09 miliar. Sebagian besar dana dialokasikan untuk spanduk, alat peraga, dan bahan kampanye, dengan biaya penyebaran bahan kampanye sebesar Rp 4,2 miliar, alat peraga sebesar Rp 2,6 miliar, dan rapat umum sebesar Rp 2,1 miliar. Biaya iklan cetak sendiri tercatat sebesar Rp 729 juta, sementara biaya iklan radio mencapai Rp 516 juta. Jokowi mengklaim bahwa sebagian besar dana digunakan untuk kampanye "murah" dengan sasaran rakyat kecil. Sebagai perbandingan, pengeluaran kampanye Fauzi Bowo tercatat sebesar Rp 62,57 miliar, sementara pemasukkan dana kampanyenya mencapai Rp 62,63 miliar.

Salam Dua Jari
Lagu kampanye pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendapat perhatian media internasional. Dua wartawan asal Indonesia, Eveline Danubrata dan Heru Asprihanto menulis artikel yang dipublikasikan Reuters. Artikel tentang lagu kampanye Jokowi-JK tersebut berjudul Give us jobs, not rock songs, say Indonesia's young voters.

Citra politik
Berkat kampanyenya selama pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012 yang menjanjikan "Jakarta Baru", ia melejit menjadi tokoh nasional yang dikenal bersih, merakyat, dan mampu menyelesaikan masalah.[149] Popularitasnya meroket hingga ia merajai survei-survei calon presiden seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

Sumber : 
https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo
Majeed, Rushda. "Defusing a Volatile City, Igniting Reforms: Joko Widodo and Surakarta, Indonesia, 2005-2011." Innovations for Successful Societies. Universitas Princeton. Dipublikasikan pada bulan Juli 2012.
Endah, Alberthiene. 2012.Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta.
Suroso, Gatotkoco. 2012. Jokowi: Si Tukang Kayu.
Ambarita, Domu D.; Megawati Soekarnoputri (pengantar). 2012. Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar.
Thayrun, Yon. 2012. Jokowi: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker
Hari Prast (Illustrator), Yoga Adhitrisna (Goodreads Author), Satriyo Wibowo. 2014. DEMOKREATIF: Kisah Blusukan Jokowi
Kristin Samah, Francisca Ria Susanti. 2014. Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi
https://x.detik.com/detail/investigasi/20170113/Langgam-Hidup-Ayah-Jokowi/index.php
https://x.detik.com/detail/investigasi/20170113/Kisah-Mulyono-Menjadi-Joko-Widodo/index.php
https://x.detik.com/detail/investigasi/20170113/Jokowi-Kecil,-Pendiam-dan-Susah-Makan/index.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kahiyang (Oleh : Abad Badruzaman)

Senang sekali kemarin bisa mengikuti seluruh prosesi pernikahan Kahiyang-Bobby. Yang datang ribuan. Rame, semarak, tapi tetap khidmat dan sy...